Di Manakah Allah?

This page is also available in: English Français Español

Ditulis oleh Ángel Manuel Rodríguez

“Teman-teman saya bertanya kepada saya, ‘Di manakah Tuhan dalam pandemi ini?’”

Ini adalah pertanyaan yang valid, dan kita harus bisa memberikan bimbingan yang akan memperkuat harapan dan iman. Pertanyaan tentang koeksistensi dari Allah yang pengasih di dunia yang penuh penderitaan dan kejahatan adalah rumit dan sulit, tetapi kita memiliki cukup banyak hal dalam Alkitab untuk membimbing kita.

1. KONFLIK KOSMIK

Kehadiran kebaikan dan kejahatan, ketertiban dan ketidakteraturan, keindahan dan kekacauan, sangat menunjukkan bahwa alam semesta mementara dalam konflik kehendak yang tarik menarik. Dua kekuatan berjuang untuk mengendalikan semua ciptaan yang baik: Tuhan yang adalah Pencipta yang penuh kasih dan kerub yang jatuh, yang memutarbalikan karakter Tuhan dan merusak ciptaan Nya. Yang pertama mewujudkan kasih-Nya yang tak terbatas untuk ciptaan-Nya sementara pada saat yang sama membuka kedok kuasa kejahatan dan mengusahakan kehancurannya (Yes. 14: 12–15; Yeh. 28: 12–15). Konflik ini mengungkapkan betapa seriusnya Tuhan memberikan kebebasan kepada ciptaan-Nya, bahkan ketika mereka memilih pemberontakan terhadap-Nya. Setiap kejahatan di dunia, termasuk pandemi saat ini, menemukan titik asalnya bukan pada Allah tetapi pada musuh Allah (lihat Mat. 13: 28).

2. TANGGUNG JAWAB MANUSIA

Tingkat kejahatan di dunia sering, tetapi tidak selalu, terhubung dengan perilaku manusia. Allah memerintahkan manusia untuk mengelola planet ini (Kej. 1: 26), dan setelah mereka bergabung dengan pemberontak alam semesta melawan Allah, mereka telah berkontribusi terhadap kerusakannya (lihat Rm. 5: 12). COVID-19 telah membuat kita semua sadar akan fakta bahwa apa yang kita makan dan lakukan tidak hanya mengancam kehidupan pribadi kita tetapi juga potensi seluruh umat manusia. Kita harus kembali ke penatalayanan planet yang tepat dan terhormat. Sangat menggoda untuk menyalahkan Tuhan atas situasi saat ini, tetapi sebagian besar merupakan tanggung jawab kita sendiri. Manusia, melalui kata-kata, sikap, dan Tindakan mereka, menyebabkan sebagian besar penderitaan yang dialami orang lain.

3. TUHAN SEDANG BEKERJA

Realitas Tuhan dalam penyelesaian pandemi benar-benar diabaikan oleh ateis dan sekularis. Bagi mereka, hikmat manusia, komunitas ilmiah, akan menemukan solusi, dan ras manusia akan mengalahkan COVID-19. Kesan yang diberikan adalah bahwa Tuhan tidak secara langsung aktif memerangi virus ini tetapi bahwa Ia adalah pengamat yang terpisah, meninggalkan musuh yang kalah itu di tangan manusia. Pada kenyataannya, Allah secara pribadi terlibat dalam konflik melawan musuh yang jahat ini. Dia menempatkan di dalam hati manusia ekspresi untuk peduli terhadap orang lain yang kita saksikan ketika orang melakukan Tindakan kebaikan yang luar biasa terhadap sesamanya (lihat Yak. 1: 17). Orang-orang Kristen menggunakan ayat-ayat dari Alkitab untuk mendorong ketekunan dalam iman dan untuk menghibur mereka yang menderita. Tuhan membantu para politisi, terlepas dari kepentingan egois mereka, dalam pengembangan rencana yang akan berkontribusi untuk mengurangi dampak ekonomi dan sosial dari virus jahat ini (lihat Rm. 13: 1). Di atas segalanya, Allah terlibat langsung dalam pengembangan obat-obatan yang akan mengobati virus dan mengarah pada pengembangan vaksin. Karena semua hikmat sejati berasal dari Allah (Yakobus 1: 5), akan benar untuk menyarankan bahwa dalam konflik kosmik, Ia bekerja dengan para ilmuwan di laboratorium, dengan kecepatan mereka dan tanpa mengesampingkan pengetahuan dan keterampilan mereka, untuk mengalahkan musuh Bersama mereka. Dengan kata lain, Tuhan bekerja di dalam komunitas ilmuwan untuk meringankan dan mengatasi penderitaan manusia. Dia menggunakan siapa saja yang bersedia berperang melawan kekuatan yang menindas manusia. Dia melakukannya dengan cara yang hebat di atas salib, saat Dia mengalahkan semua kekuatan jahat (Kol. 2: 15). Kita sekarang menunggu hasil akhir dari kemenangan itu.